Note From Me to The Neckbeard Side of Myself (Bahasa)
This is the reason why you SHOULD NOT bother installing Gentoo
If you ever wondered whether you should install gentoo or not, DON’T
Don’t ever think. YOU SHOULD NOT, YOU MUST NOT, YOU SHALL NOT.
Alih bahasa
Gentoo, isn’t worth the effort. Gentoo itu buang-buang tenaga, buang-buang waktu. Dan itu bukan yang kamu inginkan. Aseli, percoyo o.. Kenapa? Oke, bakal tak breakdown satu-satu.
-
It’s compile time
Kamu bakal butuh mesin yang powerful, buat nge-compile paket-paket yang ntar kamu butuhin. Aku paham, kamu nda suka nunggu. Jadi, kalo kamu nda punya mesin yang powerful (dan aku yakin kamu ga punya, nabung o), nda usah mikir, Gentoo itu bukan buat kamu. -
Fast as lightning is a myth
Nda ada perbedaan yang signifikan pada kecepatan sistem mu (harapan mu kan ini?), mungkin cuman beda 1-2 detik di booting time, itu aja soalnya kamu setting dan compile sendiri kernel mu, yang menghabiskan waktu mungkin sampe ber jam-jam pake metode trial & error. Aku paham kamu. Kalo emang kamu pengen yang kayak gitu, pake distro apa aja bisa, nda perlu Gwentu. -
Steep Learning Curve
Kurva pembelajarannya terjal banget. Percoyo o.. Kamu bukan tipe orang yang suka belajar. Aku puaham. It’s fun, they said. Lek pengen “fun”, ngoprek desktop aja sana, nda usah buang-buang waktu disini. -
Super User, Super Power, Super Responsibility *insert Spiderman’s quote here
Megang kontrol (r nya jangan diilangin, ntar colay) sistem bukan berarti kamu berkuasa, megang kendali penuh, jadi raja di sistem mu sendiri, atau apapun yang bisa kamu akon akon dari ilusi keat macem itu. Kamu ga butuh kek gitu-gituan, kamu ga pengen. sudo dan wheel uda cukup buat kamu. Dengan ideologi Gentoo yang macem gitu, yang doktrin nya dijejalkan ke otakmu sama para lurker geje sehingga kamu pikir itu suatu hal yang kewl, awsem, superior, kamu bakal terbebani sama yang namanya TANGGUNG JAWAB dan buanyak problem yang sifatnya a lot of pain in your fine gluteus maximus. Coba inget-inget lagi, uda berapa kali kamu kejebak USE Flag HELL ato Mask MADNESS? Kenangan buruk? Kepuasan semu yang kamu dapetin setelah problem solving masalah diatas bisa bikin kamu kenyang? Bisa bikin kamu orgasme? Enggak kan? Yaudah.
So, what is/are the best for me?
Oke, karena aku paham kamu luar dalam, bakalan tak jawab gini
Archlinux is the best for you
Nda usah mikirin Debian ato segala macem derivatives nya. Apalagi Ubuntu. That madness could and should go to hell for all the good sakes.
Pengen yang tampilannya bagus? Elementary OS.
Dan itu pun kalo kamu ga masalah berurusam sama manajemen nya APT. Dan aku tahu, aku paham, kalo kamu benci banget sama APT. Oh iya, kalo kamu pake Elementary, pol pol an kamu bakalan ganti tema, kamu bakal kesusahan ngoprek tampilannya pake metode mu yang only God knows why you still do that kind of masochistic attitude (baca: nggilani) buat sekedar hobi.
CHAPTER I
REMINDER 「 From Me (You) to You (Me) 」
Biarkan chapter ini jadi reminder kenapa aku secara pribadi menyarankan Archlinux sebagai sistem untuk mencurahkan segala hasrat hobi mu, disamping penggunaan Windows kalo kamu pengen maen game yang ga ada di Linux, dan kenapa kamu kudu hidup sebagai penganut Arch’s Golden Ways (soalnya Marguh Golden Ways lagi hiatus).
- Aku kenal kamu. Kamu itu aku. Aku ngertiin kamu banget. Jadi nurut o apa aja yang aku sugesti (suruh) kan ke kamu.
- Archlinux itu satu-satu nya distro yang cocok buat kamu. Bukan berarti aku nganggep kamu itu edgy teenager yang suka maen make-believe hacker edition. Bukan itu alasanku. Tapi karena kamu itu orangnya gampang bosen, ga bisa konsisten di suatu tempat dalam waktu yang lama, suka yang simpel-simpel dan ga mau repot, bahkan buat maintaining sistem mu sendiri aja kamu males. Karena itu, cuman Archlinux yang pas buat sifat mu yang kayak gitu.
- Archlinux punya AUR. Inget!!. AUR is the best thing that ever happened in your pathetic life. Tak perjelas lagi, biar kamu inget.
AUR itu kayak PPA nya Ubuntu, but at the same time it’s not. Ketika PPA memaksamu nambahkan stranger’s repo yang entah apa isinya, AUR nda akan melakukan itu. Soalnya, AUR itu sebenernya bukan repo. Well, technically, they’re both database, tapi AUR itu isinya scripts buat mengotomasi segala nya. Kayak portage dan emerge nya gentoo. Tapi ga kayak Gentoo, yang selalu maksa kamu buat nentuin sesuatu yang bahkan kamu sendiri ga paham apa yang kamu tentuin itu (aku puaham kamu muales buat belajar mahamin USE Flag dan Mask). Aku tahu kamu pengen orang lain yang nentuin hal-hal itu buat kamu, jadi kamu tinggal pake aja, kan? Yep. AUR kayak gitu. Hidupmu ditentuin orang lain. Dan kamu suka itu. - Sekali lagi, AUR. Inget waktu kamu berhasil ngerusak Debian mu cuman gegara nginstall infinality? Di AUR ada
fontconfig-infinality
,freetype2-infinality
, dancairo
juga. - Ngomong-ngomong tentang infinality, bohoomil uda ngebikin repo khusus buat Arch. Kali ini kamu tak paksa buat nambahkan stranger’s repo. Santai, kamu cuman ambil koleksi font yang ada disana, yang ga bakalan kamu pake anyway.
- Mari kita balik ke ideologi nya Archlinux. Archlinux itu Bleeding Edge distro. Aku tahu kamu ga peduli. Kamu kan cuman pengen punya sistem yang broken-proof. Come on, man. You’re asking too much. Kamu lak cuman pengen ngoprek luarannya aja toh? Kayak tampilan, biar kamu nyaman, dan fuck, kamu suka pamer juga. Makanya kamu butuh fitur bleeding edge nya Arch supaya kamu bisa nambahkan scripts sampah buatan para neckbeard di waktu luang (baca: hidup) mereka karena ya cuman itu yang mereka bisa, terus di push ke github yang isinya cuman cancerous and autism-imbued dotfiles mereka. Iya, kamu butuh bleeding-edge nya Arch. Kenapa? Soalnya para neckbeard itu juga pake Arch ato distro yang bleeding edge.
- Kamu buenci sama APT. Mulai dari cara kerjanya sampe kebijakan-kebijakannya. Termasuk pemisahan antara lib biasa dan lib-dev. Menurutmu, dipisah nya dua jenis library ini bikin capek waktu kamu pengen coba-coba. Karena kamu muales. Yeah, you sometimes selfishly compile packages from github that don’t have its AUR script for the sake of curiosity
- Kamu butuh, atau pengen, a stable system, ato paling enggak ya yang keliatan stable. Aku uda lama pake Ubuntu, Debian, atau distribusi lain yang ngakunya stable, terus pindah ke Arch, for your goddamned sake, karena kamu anggap Ubuntu, Debian, ato distribusi lain itu keliatannya nda reliable. Ubuntu, pertama kali habis install, langsung ada notifikasi error, yang entah apa itu kamu ga peduli, dan bikin kamu gregeten. Setiap rilis versi terbaru, mau ga mau kamu kudu install ulang, soalnya migrasi ke versi terbaru itu nggak kamu banget. Oke. Debian, terlalu outdated, katamu, dan sid gampang rusak, katamu cuman karena masalah infinality. Oke. Yang lain? Coba, hapus, coba, hapus, gila, kamu labil banget sih. Archlinux aja lah. Ga ada sistem versioning, ga perlu repot install ulang setiap rilis baru kayak Ubuntu. Ada AUR, jadi kamu ga bingung nginstall paket yang nda ada di repo. Dan nda perlu repot compile sistem.
Terakhir kali kamu pernah ngerusakin Archlinux kapan? Masih inget? Aku inget, itu waktu migrasi besar-besaran ke systemd, jadi kamu install ulang biar ga repot. For fuck’s sake. - Don’t fall for the meme. Kamu tahu kamu itu sebenernya uda jatuh hati sama Arch. Jadi berkomitmen lah. Cintai dia dengan sepenuh hati mu. Nda usah mikir distro lain. Jadi o cowok yang setia. Arch is your one and only. Don’t ever try to deny it.
- I know, other distribution may seem lusty, lewd, attracting, or whatever batshit means to you. They may can do amazing things. You’re tempted to try them. It’s okay. You can do one night stand many times with any distro, but in the end, the one you call home, the one you cuddle to, is Arch nonetheless. Arch is your waifu.
- Ini yang aku paling benci dari kamu, kamu itu terlalu keras kepala terhadap hal-hal remeh. Misal, logo. Emang Arch logo jelek buat kamu. Punyanya Gentoo lebih seksi, Debian bohay, Crux macem kembang desa, FreeBSD nyuenuk (nyuenengno manuk), Fedora ngacengin. Enggak, Ubuntu kayak bencong. Tapi, kamu tau ga, kalo milih distro karena logo nya keren itu hal terbodoh yang pernah kamu lakukan, dan kamu harusnya malu.
- No. You don’t want a “just werk” system. You want a system to play with.
CHAPTER II
Suggestion
Oke, keliatannya blog post ini sudah melenceng, dari “Kenapa kamu harusnya nda install Gentoo” jadi “Kenapa kamu harus, dan Aku perintahkan kamu, untuk install Archlinux”.
Gapapa sih. Lagian, Aku itu kamu, Kamu ya aku. Punyamu ya punyaku, Punyaku ya punyaku. Habis ini bakalan aku bikinin MUST HAVE list buat di install di dalem nya Your Toy OS. Mainan? Iya, soalnya kamu nganggep sistem operasi itu cuman mainan, wadah hobi, dengan fitur tambahan bisa dibuat kerja. Tujuanmu sejak awal waktu milih OS itu bukan untuk kerja, tapi untuk main, yang sayangnya mainanmu itu juga bisa dibuat kerja. Pun sama dengan tujuanmu nabung. Buat beli mainan, yang bisa dibuat kerja sekalian. Fuck you. You’re welcome.
Oke, kita mulai list nya ya.
- sudo <– ini sudah pasti wajib, kecuali kamu pengen apa-apa pake su ato stay di root
- xorg-server biar kamu bisa main mainan favoritmu.
- browser mending Chromium ato Chrome sekalian. Ga usah mikir botnet, aku tahu kamu ga peduli hal-hal kek gitu.
- urxvt ato sesekali termite gapapa. Pokoknya kudu itu.
- xfce4, ntar aja kalo mesin mu uda upgrade kamu boleh install itu gnome
Step-step setelah install, ngapain?
- Rice the hell of it. (Ini alasanmu milih linux over windows)
- Install alat-alat penunjang hobi mu yang laen.
- image manipulator, vector juga macem inkscape, gimp, krita
- game engine buat hobi ga jelas mu macem blender ato unity
- web hobby sudah pasti jekyll, nodejs, git dan macem-macem text editor
- gem, install stepmania aja cukup, ato tambah ppsspp sama pcsx aja
- desktop tinkering tools (you know best. better than me)
- programming tools, cukup netbeans aja, soalnya emang kamu bisa nya cuman java, dan sedikit javascript, yang lain pake vim aja, toh ga kamu seriusin.
- Nabung o
- Bersyukurlah udah hidup